Jenis Alergi Kulit pada Bayi, Apa Penyebab dan Bagaimana Cara Mencegahnya?

Alergi kulit pada bayi ada ragam jenisnya yang memiliki gejala dan penyebab masing-masing. Ketahui cara mengatasi alergi dan cara mencegahnya ini agar bayi terhindar dari penyakit tersebut. Alergi adalah respons sistem imun untuk melawan benda asing yang dinilai membahayakan kesehatan tubuh, padahal tidak. Benda asing yang disebut juga sebagai alergen ini bisa berbentuk apa saja yang ada di lingkungan sekitar. Pemicu alergi kulit pada bayi dan anak kecil khususnya adalah makanan, serbuk sari, hingga udara yang kotor, debu, dan cuaca yang terlalu panas maupun terlalu dingin.

Macam-macam alergi kulit pada bayi

Khusus pada anak, bentuk alergi kulit yang biasanya timbul karena udara kotor atau debu ialah eksim (dermatitis atopik), biduran (urtikaria), dan dermatitis kontak.

Merangkum American College of Alergy Asthma and Immunology (ACAAI) dan berbagai sumber, berikut adalah penjelasan dari beberapa jenis alergi kulit pada bayi yang umumnya menyerang bayi dan anak-anak:

1. Eksim (dermatitis atopik)

Setidaknya 10% anak di dunia pernah menderita bentuk alergi kulit yang satu ini. Penyebab munculnya eksim pada kulit anak tidak diketahui pasti. Namun, beberapa faktor yang bisa memicu munculnya dermatitis atopik, yaitu debu, bulu binatang, dan beberapa produk kebersihan.

Bayi yang mengalami dermatitis atopik akan memperlihatkan gejala-gejala, seperti:

  • Biang keringat yang berwarna kemerahan.
  • Kulit gatal yang justru akan terasa makin gatal ketika digaruk.
  • Kulit kering.
  • Kerak mirip koreng yang muncul di bekas garukan.
  • Infeksi kulit berulang yang kemungkinan besar disebabkan oleh garukan.

Bagian tubuh anak yang biasanya terkena eksim ialah pipi, lipatan lengan atau kaki, leher, punggung, dada, dan perut. Pada bayi, reaksi alergi kulit yang jadi ciri eksim juga bisa muncul di kepala dan wajah sebelum menyebar ke badan dan lengan.

2. Biduran

Biduran adalah alergi kulit pada bayi yang berbentuk seperti bentol berwaran kemerahan. Biduran biasanya akan hilang dalam waktu kurang dari 6 minggu (akut), namun bisa juga lebih jika sudah menjadi biduran kronis. Banyak faktor penyebab terjadinya biduran. Namun, kondisi ini biasanya disebabkan oleh paparan alergen dan bisa juga karena faktor yang menyebabkan terjadinya dermatitis kontak.

3. Dermatitis kontak

Jika kulit anak Anda menjadi kemerahan setelah memakai pakaian tertentu atau memegang sesuatu, bisa jadi ia sedang menderita dermatitis kontak. Selain itu, dermatitis kontak juga bisa disebabkan oleh pemakaian kosmetik (misalnya sabun, minyak telon, atau losion bayi) yang justru menimbulkan gejala alergi kulit pada bayi.

Beberapa partikel yang terdapat di udara, misalnya serbuk sari, cairan parfum, atau abu rokok, juga bisa menjadi pemicu dermatitis. Ketika partikel yang merupakan alergen itu menyentuk kulit anak, ia akan menyebabkan alergi atau yang disebut juga dermatitis kontak udara.

Gejala dermatitis kontak bisa ringan, tapi kadang juga berat. Gejala tersebut meliputi:

  • Timbul bercak merah di kulit
  • Bengkak
  • Kulit pecah-pecah
  • Muncul rasa seperti terbakar
  • Muncul kutil dan benjolan
  • Kulit bersisik
  • Biang keringat

Biasanya, gejala alergi pada anak pertanda dermatitis kontak tidak langsung muncul setelah kulit terpapar alergen. Reaksi alergi bisa baru muncul 10 hari kemudian. Dermatitis kontak pada bayi harus segera diobati, namun gejala bisa menetap selama 2 hingga 4 minggu.

4. Urtikaria kronis

Urtikaria kronis adalah reaksi alergi kulit pada bayi yang tergolong berat. Kondisi ini ditandai dengan ruam kemerahan yang lebar setelah kontak dengan alergen, sulit bernapas hingga bengkak pada mulut dan wajah.

Dalam banyak kasus, alergi ini bisa hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari selama bayi tidak kontak dengan alergen. Namun, jika si Kecil mengalami Urtikaria kronis, sebaiknya Anda segera memeriksakannya ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

5. Alergi karena air liur

Jenis alergi kulit pada bayi yang umum terjadi selanjutnya adalah alergi terhadap air liur. Gejala dari alergi ini dapat berupa ruam kemerahan dan munculnya benjolan-benjolan kecil di mulut, dagu dan dada. 

Umumnya, alergi ini tidak perlu dikhawatirkan. Anda hanya perlu menghindari sebisa mungkin air liur bayi menetes ke bagian kulit seperti leher atau dagu agar ia tak mengalami ruam yang parah. Namun bila ruam yang muncul terlihat berkerak dan berwarna kuning, itu bisa menjadi tanda adanya infeksi dan Anda harus segera membawa si Kecil ke dokter.

Cara mencegah alergi kulit pada bayi

Cara terbaik untuk mencegah alergi pada kulit bayi adalah dengan menghindari alergennya. Bagi anak yang memiliki jenis alergi debu atau udara kotor, Anda bisa juga melakukan beberapa langkah pencegahan ini:

  • Bersihkan rumah secara rutin
  • Pastikan karpet, kasur, bantal dan guling, terutama yang berada di kamar anak, bebas dari tungau
  • Jika penyebab alergi kulit pada anak adalah bulu hewan, jangan pelihara hewan yang berbulu di rumah
  • Pastikan sirkulasi udara di rumah lancar sehingga tidak menyebabkan lembap

Sementara jika alergi bayi membuatnya sangat rewel atau berlangsung lebih dari 2 minggu, segera periksakan ke dokter.

Jangan ragu untuk membawa anak ke instalasi gawat darurat ketika alerginya menyebabkan sulit bernapas. Dalam beberapa kasus langka, alergi kulit bisa membahayakan nyawa, yakni saat terjadi reaksi anafilaksis.

Related posts